Pekerja harian lepas, yang sering kali bekerja tanpa jaminan kerja jangka panjang, memiliki hak-hak tertentu yang dilindungi oleh undang-undang ketenagakerjaan. Hak-hak ini dirancang untuk memberikan perlindungan dan memastikan kesejahteraan pekerja dalam kondisi kerja yang mungkin tidak seaman pekerja dengan kontrak tetap. Artikel ini akan membahas secara mendetail hak-hak pekerja harian lepas beserta dasar hukum yang mengaturnya.
1. Pengertian Pekerja Harian Lepas
Definisi
Pekerja harian lepas adalah individu yang dipekerjakan berdasarkan kontrak kerja harian, di mana upah dibayar berdasarkan jumlah hari atau jam kerja yang diselesaikan. Kontrak ini biasanya digunakan untuk pekerjaan yang sifatnya tidak menentu atau bersifat sementara.
Meskipun tidak secara eksplisit diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, kontrak kerja harian lepas sering mengacu pada aturan-aturan tertentu dalam Peraturan Pemerintah atau peraturan perusahaan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE-06/MEN/1989, pekerjaan harian lepas dapat dilakukan untuk pekerjaan yang berlangsung kurang dari 21 hari kerja per bulan.
2. Hak atas Upah yang Layak
Pekerja harian lepas berhak atas upah yang layak sesuai dengan jumlah hari atau jam kerja yang diselesaikan. Upah ini harus memenuhi standar upah minimum yang berlaku di wilayah kerja tersebut.
Pasal 88 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Selain itu, Pasal 89 menyebutkan bahwa upah minimum ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.
Perusahaan wajib membayar upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional (UMR) atau upah minimum provinsi (UMP). Pekerja harian lepas harus memastikan bahwa mereka menerima upah sesuai dengan jumlah hari atau jam kerja yang telah disepakati.
3. Hak atas Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja mencakup segala upaya untuk memastikan bahwa lingkungan kerja aman dan tidak membahayakan kesehatan pekerja. Ini termasuk penyediaan alat pelindung diri (APD), pelatihan keselamatan, dan penerapan standar keselamatan kerja.
Pasal 86 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) juga mengatur kewajiban perusahaan dalam menerapkan standar K3.
Perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja harian lepas, termasuk memberikan APD yang diperlukan dan memastikan bahwa pekerja memahami prosedur keselamatan yang harus diikuti.
4. Hak atas Jaminan Sosial
Jaminan sosial mencakup berbagai program perlindungan sosial yang ditujukan untuk memberikan jaminan finansial dan kesehatan bagi pekerja, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian, dan jaminan kesehatan.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengatur bahwa setiap pekerja berhak menjadi peserta jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Pasal 14 UU No. 24 Tahun 2011 mewajibkan setiap pemberi kerja untuk mendaftarkan pekerjanya ke dalam program jaminan sosial.
Perusahaan wajib mendaftarkan pekerja harian lepas ke dalam program jaminan sosial dan membayar iuran yang diperlukan. Pekerja harian lepas harus memastikan bahwa mereka terdaftar dan memiliki akses ke manfaat yang disediakan oleh BPJS.
5. Hak atas Istirahat dan Cuti
Pekerja harian lepas berhak atas waktu istirahat yang cukup serta cuti jika memenuhi syarat tertentu. Ini termasuk waktu istirahat harian dan mingguan serta cuti tahunan.
Pasal 79 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa pekerja berhak atas istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja dalam seminggu dan istirahat tahunan minimal 12 hari setelah bekerja selama 12 bulan berturut-turut.
Perusahaan harus memberikan waktu istirahat yang layak bagi pekerja harian lepas dan memastikan bahwa mereka tidak bekerja melebihi batas waktu yang ditentukan oleh undang-undang. Pekerja juga berhak atas cuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika mereka telah memenuhi syarat tertentu.
6. Hak atas Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum mencakup hak pekerja untuk mendapatkan keadilan dan perlindungan dari segala bentuk penyalahgunaan atau ketidakadilan di tempat kerja. Ini termasuk perlindungan dari pemutusan hubungan kerja yang tidak sah, diskriminasi, dan pelecehan.
Pasal 153 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 melarang pemutusan hubungan kerja dengan alasan-alasan tertentu, seperti agama, suku, ras, jenis kelamin, dan status perkawinan. Selain itu, Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh melindungi hak pekerja untuk berserikat dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Pekerja harian lepas harus mengetahui hak-hak mereka dan melaporkan segala bentuk penyalahgunaan atau ketidakadilan kepada instansi terkait. Perusahaan harus mematuhi ketentuan hukum yang berlaku dan tidak melakukan tindakan diskriminatif terhadap pekerja.
7. Hak atas Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan dan pengembangan mencakup upaya perusahaan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja melalui berbagai program pelatihan. Hal ini penting untuk meningkatkan produktivitas dan peluang karir pekerja.
Pasal 11 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengatur bahwa setiap pekerja berhak untuk memperoleh kesempatan dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.
Perusahaan harus menyediakan program pelatihan yang relevan bagi pekerja harian lepas untuk meningkatkan keterampilan mereka. Pekerja juga harus proaktif dalam mencari peluang pelatihan yang dapat membantu pengembangan karir mereka.
8. Hak atas Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja
Kompensasi pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah hak pekerja untuk menerima kompensasi finansial jika hubungan kerja dihentikan sebelum waktunya. Kompensasi ini termasuk uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak.
Pasal 156 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengatur tentang ketentuan pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak bagi pekerja yang mengalami PHK.
Perusahaan harus membayar kompensasi PHK sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika terjadi pemutusan hubungan kerja. Pekerja harian lepas harus memastikan bahwa mereka menerima kompensasi yang layak jika hubungan kerja mereka dihentikan sebelum waktunya.
Pekerja harian lepas memiliki hak-hak yang dilindungi oleh undang-undang untuk memastikan bahwa mereka menerima perlindungan yang layak dalam hubungan kerja yang mungkin tidak seaman pekerja dengan kontrak tetap. Penting bagi pekerja dan perusahaan untuk memahami hak-hak ini dan mematuhi ketentuan yang berlaku demi terciptanya hubungan kerja yang adil dan harmonis. Dengan mengetahui dan memperjuangkan hak-hak mereka, pekerja harian lepas dapat memastikan kesejahteraan dan keamanan mereka di tempat kerja.
Butuh Konsultasi hukum
Konsultan Pengacara
Lawyer berlisensi yang menangani permasalahan hukum di Indonesia mempunyai hobi menulis karya ilmiah